modal dikit dapat banyak

mau membaca mengahasilkan uang

readbud - get paid to read and rate articles

Sabtu, 31 Desember 2011

KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN

KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN


 

  1. ASPEK PSIKOLOGIK PADA KEHAMILAN

    Perempuan dewasa, pada saat memasuki masa pubertas akan mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis yang dapat berkembang baik secara fisiologik maupun patoligik. Pada masa hamil, perubahan-perubahan ini juga dirasakan sebagai beban sesuai dengan pertumbuhan kehamilan dan puncaknya akan terjadi pada saat persalinan.

    Perubahan psikologik pada perempuan dewasa dapat digolongkan dalam empat kelompok, sesuai dengan urutan perubahan fungsi kodrati sebagai perempuan yang berbentuk:

    1. Persiapan menanti kehamilan
    2. Perubahan psikologik selama kehamilan
    3. Perubahan psikologik di waktu persalinan
    4. Perubahan psikologik selama masa nifas.

Pada masa persiapan kehamilan perempuan dapat dihantui oleh beberapa hal, misalnya khawatir untuk bisa atau tidak hamil, apakan keadaan alat reproduksi baik atau tidak, dan apakah keadaan spermatozoa suami cukup baik sehingga dapat membuahi ovum yang diproduksi perempuan.

Pada masa kehamilan perempuan dapat dihantui beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan perubahan psikologik perempuan antara lain pertumbuhan janinku baikkah, terjadi cacat bawaan atau tidak, bila minum obat tertentu apakah berpengaruh atau tidak, kehamilan ini kembar atau tidak.

Dengan melihat hal tersebut diatas maka perempuan dewasa harus dipersiapkan psikisnya agar dapat menghadapi dan menjalani kehamilan dengan baik.

  1. KEHAMILAN SEBAGAI TRANSISI PERKEMBANGAN

Kehamilan sama halnya dengan menarche dan menopause, adalah tahap utama perkembangan kehidupan seorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknya merupakan peristiwa penuh tekanan dan tantangan, khususnya pada kehamilan yang pertama. Banyak konflik yang akan timbul seperti adanya tanggung jawab sebagai ibu, kebutuhan akan karier, atau tugas sebagai istri dan ibu. Respons perempuan terhadap kehamilannya berhubungan dengan 5 variabel berikut:

  1. Riwayat kehidupan keluarga
  2. Kepribadian
  3. Situasi kehidupan saat itu
  4. Pengalaman kehamilan sebelumnya
  5. Keadaan dan pengalaman kehamilan sekarang

Perkembangan psikologis selama kehamilan bervariasi menurut tahap kehamilan. Saat trimester pertama hal utama yang terjadi adalah usaha menggabungkan janin, yang merupakan kesatuan dari dirinya dan pasangan. Pada trimester kedua, dengan mengenali gerakan janin, ibu akan menyadari bahwa janin adalah individu yang berdiri sendiri, yang menpunyai kebutuhan sendiri yang sementara tinggal di dalam tubuhnya. Pada trimester ketiga perempuan tersebut akan mendapati dirinya sebagai calon ibu dan mulai menyiapkan dirinya untuk hidup bersama bayinya dan membangun hubungan dengan bayinya.

Perubahan psikis yang terjadi selama kehamilan sangat menentukan. Hal ini dapat mengubah prilaku saat dan sesudah persalinan. O'Hara dan kawan-kawannya menyatakan bahwa ibu hamil dengan latar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan beban psikologik yang diderita.

  1. GANGGUAN PSIKIATRIK DALAM KEHAMILAN.

    Kehamilan adalah periode penuh stress secara emosional, yang dimanifestasikan dengan adanya emosi yang labil dan mudah tersinggung. Ini merupakaan dasar terjadi kelainan psikologik pada saat masa kehamilan. Pada saat perawatan antenatal, perlu digali faktor-faktor atau data fokus yang menjadi faktor predisposisi terjadinya gangguan psikologik yang meliputi:

    1. Riwayat pasien dan keluarga dengan gangguan psikiatri
  • Gaya kehidupan yang menyendiri
  • Riwayat pelecehan seksual, fisik/ emosional, dan drug abuse.
  1. Problem psikologik yang pernah dialami
  • Masalah dengan keluarga saat perkawinan
  • Kematian anggota keluarga atau teman dekat saat kehamilan.
  • Konflik tentang pengasuhan anak.
  1. Riwayat reproduksi kurang baik
  • Riwayat kesulitan dengan kehamilan, persalinan, atau depresi pascapersalinan
  • Riwayat kematian janin intrauterin atau kematian segera setelah lahir.
  • Riwayat persalinan dengan kelainan kongenital.
  • Riwayat abortus berulang
  • Riwayat pseudosiesis atau hiperemesis.

Keadaan tersebut diatas harus dipelajari dengan baik dan ibu hamil disiapkan untuk meningkatkan rasa percaya diri agar siap menghadapi proses kehamilan.

  1. DEPRESI PADA KEHAMILAN

    Istilah depresi adalah istilah yang menyangkut mood, gejala atau sindroma. Mood atau feeling blue adalah perasaan seseorang yang berkaitan dengan perasaan sedih atau frustasi. Sindroma adalah sekumpulan gejala yang berhubungan dengan perubahan mood. Depresi dapat menyebabkan perubahan nafsu makan dan berat badan, menyebabkan gangguan tidur, menghambat perawatan diri, gagal mengikuti pedoman prenatal dan bunuh diri.

    Faktor predisposisi yang biasanya menyebabkan depresi adalah depresi sebelumnya, kurang dukungan sosial, peristiwa hidup yang menyebabkan stres, pernah melakukan percobaan bunuh diri atau riwayat percobaan bunuh diri dalam keluarga, penyakit medis atau obat – obatan, dan gangguan tidur.

    Dalam penegakan diagnosis,lima atau lebih gejala berikut, termasuk satu dari dua gejala pertama harus terlihat selama sekurang – kurangnya 2 minggu agar diagnosis depresi bisa ditegakkan yakni depresi alam perasaan sepanjang hari hampir setiap hari, susah tidur atau tidur berlebih, peningkatan atau penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, keletihan, perasaan tidak berharga atau bersalah, agitasi psikomotor atau retardasi, ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan, minat dan kesenangan dalam melakukan aktivitas menurun drastis sepanjang hari hampir setiap hari atau sering terlintas pikiran tentang kematian dan/atau bunuh diri.

    Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu timbulnya gangguan pada janin yang masih di dalam kandungan dan munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya.

    Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin.

    Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.


     

  2. PSIKOSA PADA KEHAMILAN

    Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas, pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial. Sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan rumah sakit. Ada lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikosa yakni :

    1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
    2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
    3. Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
    4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
    5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.


 

Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:

  1. Psikosa fungsional

    Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf ( neurotransmitter ). Factor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.

  2. Psikosa organik

    Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAPZA.


     

Adapun jenis-jenis psikosa yaitu terdiri atas :

  1. Skizofrenia
    Skizofrenia merupakan jenis psikosa yang paling sering dijumpai. Skizofrenia pada kehamilan dapat muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
    1. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin.
    2. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
    3. Komplikasi kandungan.
    4. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.

    Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.Karakteristik dari skizofrenia adalah adanya gangguan pikiran, persepsi seperti halusinasi pendengaran, waham kebesaran, sosiasi longgar dan bicara kacau. Selama fase akut, kehamilan dan skizofrenia sering mengalami eksaserbasi gejala psikotik, waham cenderung aneh dan ada hubungannya dengan perubahan fisik dan pergerakan janin pada kehamilan. Halusinasi pendengaran mempengaruhi langung pada kehamilan, misalnya suara menginstruksikan memukul perut agar janin keluar. Wanita hamil dengan adanya psikotik menolak kehamilannya sampai melahirkan.
    Pasien dengan gangguan skizoafektif, seperti pada mereka dengan skizofrenia, memiliki gangguan psikotik kronik bersama dengan gejala mood utama. Psikosis jarang berkurang walaupun gejala mood sering membaik. Gangguan skizoafektif berbeda dari gangguan mood yang lain dimana tidak terdapat gejala psikotik atau gejala psikotik biasanya berespon terhadap antipsikotik.
    Penelitian menunjukkan bahwa komplikasi obsestrik banyak ditemukan pada wanita hamil skizofrenia dan bayinya juga memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).


     

    1. Paranoid
      Paranoid ditandai adanya kecurigaan yang tidak beralasan terus menerus yang pada puncaknya bisa menjadi tingkah laku yang agresif. Emosi dan pikiran penderita masih berjalan baik dan saling berhubungan. Jalan pikiran cukup sistematis, mengikuti suatu logika yang baik dan teratur, tetapi berakhir dengan interpretasi yang menyeleweng dari kenyataan.
      Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
  • Informasi ANC rutin
  • Nutrisi
  • Relaksasi
  • Senam hamil
  • Latihan pernafasan


     

  1. PSIKONEUROSA PADA KEHAMILAN

    Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan sebagai neurosa saja adalah gangguan berupa ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan akhirnya orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya.Oleh karena ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).

    Oleh karena itu, psikoneurosis bukanlah suatu penyakit. Penderita psikoneurosis biasanya adalah orang yang taraf kecerdasannya cukup tinggi. Mereka cukup kritis untuk menilai situasi atau motif-motif yang saling bertentangan sehingga mereka sangat merasakan adanya konflik. Sebaliknya, orang yang tidak cukup tinggi taraf kecerdasannya, kurang kritis untuk mengerti konflik-konflik yang ada.

    Berbeda dengan gangguan psikotik, pada psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadiaan yang serius dalam kaitannya dengan realitas eksternal. Biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh kesulitan, dibarengi tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa atau mengalami kerugian psikis yang besar sekali, karena terampas dari lingkungan sosial yang baik kasih sayang sejak usia yang sangat muda. Proses pengkondisian yang buruk terhadap mental pasien itu menumbuhkan simpton-simpton mental yang patologis atau menimbulakan macam-macam bentuk gangguan mental.

    Dengan demikian, gejala atau karakteristik dari penderita psikoneurosa diantaranya penderita tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, tingkah lakunya jadi abnormal dan aneh-aneh serta penderita biasanya tidak mengerti dirinya sendiri dan membenci pula diri sendiri.

    Sebab-sebab yang utama penyakit psikoneurosa atau lebih popular disingkat dengan neurosa, antara lain ialah factor-faktor psikologis dan cultural, yang menyebabkan timbulnya banyak stress dan ketegangan-ketegangan kuat yang kronis pada seseorang. Sehingga pribadi mengalam frustasi dan konflik-konflik emosional dan pada akhirnya mengalami satu mental breakdown.Sebab-sebab lainnya adalah diantaranya :

    1. Ketakutan terus menerus dan sering tidak rasional. Misalnya : bagi ibu hamil, takut memikirkan terus sakitnya melahirkan.
    2. Ketidakseimbangan pribadi
    3. Konflik-konflik internal yang serius, khususya yang sudah diimulai sejak masa kanak-kanak.
    4. Kurang adanya usaha dan kemauan
    5. Lemahnya pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negative ).


       

Macam-macam psikoneurosa menurut gejalanya yakni :

  1. Anxiety neuroses atau neurosis kecemasan

    Merupakan kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
    Ada saja yang mencemaskan hatinya dan hampir setiap peristiwa menjadi penyebab timbulnya rasa cemas serta takut. Misalnya takut kalau mati, takut menjadi gila, dan macam-macam ketakutan serta kecemasan yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori fobia. Emosi pasien tidak stabil, ia sangat sensitif, cepat tersinggung dan marah, dan sering mengalami keadaan excited atau gempar-gelisah. Namun ia juga cepat menjadi depresif, disertai bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan rasa dikejar-kejar oleh sesuatu yang tidak jelas. Dirinya selalu diliputi ketegangan-ketegangan emosional dan diganggu bayangan-bayangan kesulitan yang imajiner atau semu. Pasien sering merasa mual dan muntah; badannya selalu lelah, menderita sesak nafas, banyak berkeringat; bergemetaran dan kadangkala menderita murus.
    Penyebab Neurosa Kecemasan antara lain : kecemasan, ketakutan, kesusahan dan kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi. Pasien lalu mengadakan penekanan atau represi terhadap emosi-emosi negative akibat kegagalan tadi. Namun semuanya tidak bisa berlangsung dengan sempurna.
    Menurut Sigmund freud, neurosa kecemasan juga disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual yang tidak terpuaskan dan terhambat-hambat, sehingga mengakibatkan timbulnya banyak konflik batin, ketakutan dan kecemasan.

  2. Histeria
    Histeria adalah gangguan atau disorder psikoneurotik, khas diciri-cirikan oleh emosioanalitas extrim dan mencakup macam-macam gangguan psikis, sensoris, motoris, fasomotor dan alat pencernaan, disebabkan oleh usaha represi dalm macam-macam konflik dalam kehidupan kesadaran . Histeria dapat ditangani dengan psikoterapi berupa konsultasi pada dokter atau psikiater dan tentunya ada dukungan atau motivasi dari orang-orang di sekitar.
  3. Neurosis Obsesif Kompulsif

    Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan menyebabkan tekanan emos yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap, pikiran atau impuls yang tidak masuk akal, misalnya keinginan. Sedangkan kompulsi adalah tingkah laku yang berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon atas obsesi. Tingkah laku kompulsif dan pikiran obsesif dapat pula mempengaruhi atau menyebabkan tekanan mental pada wanita hamil. Psikoterapi membantu wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya. Dengan mendiskusikan pikiran dan perasaan yang mengganggu menyebabkan dapat lepas dari tekanan. Pengurangan gejala kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi lebih efektif dalam hubungan pribadi dan keluarga dengan sendirinya kecemasan itu akan hilang. Pada wanita dengan gangguan obsesif kompulsif dimana obsesi menetap dan kecemasan yang tidak dapat ditoleransi rawat inap mungkin diperlukan.


     

  1. KELAINAN PSIKOLOGIK LAIN PADA MASA KEHAMILAN

    Ada beberapa kelainan psikiatrik pada ibu hamil, yaitu :

  1. Ansietas

    Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.


     


     


     


     

  2. Personality Disorders

    Diagnosis ditegakkan sebagai :

  • Paranoid, Schisoid atau schizotypical personality (penderita kepribadian ini adalah tertutup, mengucilkan diri, dan menyendiri serta menjauh dari kehidupan sosial)
  • Histerionic, narcissistic, antisocial
  • Avoidant (kondisi yang ditandai dengan rasa malu ekstrim dan kepekaan terhadap penolakan), dependent, compulsive, and passive/aggressive personality
  • Perhatikan faktor genetiknya.

3. Major Mood Disorders

  1. Maniac and depressive episode
  2. Depresi berat
  3. Perhatikan fakta dan gejala yang timbul. Perhatikan pula apakah ada faktor genetic, substance abuse, hipertiroid, atau tumor otak.


     


     

  1. MANAJEMEN GANGGUAN PSIKOLOGIK PADA KEHAMILAN

    DATA FOKUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU YANG MENGALAMI GANGGUAN PSIKOLOGIK

Tanggal Pengkajian:

    Pukul:

A DATA SUBJEKTIF

I. Biodata

Nama Pasien:                         Nama Suami:

Umur:                             Umur:

Suku/bangsa:                         Suku/bangsa :

Agama:                         Agama:

Pendidikan :                        Pendidikan:

Pekerjaan :                         Pekerjaan:

Alamat:                         Alamat:


 

II. Keluhan Utama: Mengeluh sering merasa cemas, mudah tersinggung dan nafsu makan berkurang serta istirahat tidak nyenyak.

III. Data Kebidanan

  1. Haid
  2. Status Perkawinan
  3. Pola nutrisi
  4. Pola aktivitas
  5. Psikososial

B.DATA OBJEKTIF

I. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

b. Vital sign

II. Pemeriksaan Obstetri

a. Darah

b. Gol. Darah

c. Urine

d. Protein

e. Glukosa

III. Pemeriksaan Obstetri

a. Inspeksi

1. Kepala

Mata

Muka

Mulut

2. Leher

3. Payudara

4. Perut

5. Genetalia Eksterna

6. Perineeum


 

C.ASSESMENT

Diagnosa

G..P…….UK….minggupreskep U puka T/H PP dengan gejala kelainan psikologis dalam kehamilan

    D. PLANNING

  • Berikan informasi yang lengkap seputar kehamilan
  • Anjurkan ibu melakukan ANC secara rutin
  • Ajarkan dan berikan latihan-latihan untuk dapat menguasai otot-otot, istirahat dan pernafasan
  • Hindari kata-kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si wanita
  • Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien menyatakan keluhannnya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila diperlukan, periksa pelengkap diagnostic dengan pemeriksaan laboratorium atau USG, foto rontgen,dan sebagianya untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah-langkah kehamilan dan persalinan selanjutnya.
  • Ajak dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan penyulit pada saat kehamilan dan persalinan sedemikian rupa sehingga pasien atau keluarganya mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan dokter/sarana pelayanan yang ada. Informasi yang jelas dan terbuka disetai dengan komunikasi yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil tersebut akan merupakan dukungan yunag sangat berarti.
  • Anjurkan suami untuk berkonsultasi kepada dokter, psikolog atau psikiatri.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

sponsor

sponsor