modal dikit dapat banyak

mau membaca mengahasilkan uang

readbud - get paid to read and rate articles

Sabtu, 31 Desember 2011

PATOLOGI KEBIDANAN (KPD)

PATOLOGI KEBIDANAN (KPD)

A.Definisi ketuban pecah dini (KPD)


 

  1. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001)
  2. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (mohtar,1998)
  3. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001)
  4. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
  5. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina servik (sarwono prawiroharjop,2002)

Adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3

cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )

Prinsip dasar :

  • Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
  • Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
  • Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2002 )

B. Etiologi

  1. Infeksi

    Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

  2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
  3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
  4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah
  5. Faktor lain
    1. Faktor golonngan darah

      Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.

    2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
    3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
    4. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).


 


 

DIAGNOSA

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi telalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan mambiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu ata keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.


 

Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara

  1. Anamnesa

    Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir bercampur darah.

  2. Inspeksi

    Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak.

  3. Pemeriksaan dengan spekulum

    Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum, kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri di tekan, penderita diminta batuk, mengejan, atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior

  4. Pemeriksaan dalam di dapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan touchperlu dipertimbangkan, pada kehamlilan yang kurang bulan yang belum memasuki masa persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah memasuki persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.


     


     


 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

  1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau da pHnya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecualai air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagiana. Sekret vagina ibu hamil pHnya 4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
    1. Tes lakmus, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban. pH air ketuba 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
  2. Pemeriksaan ultarasonografi.

    Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terliaht jumlah vairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita ologohidramnion. Walaupun pada diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.


 

PENATALAKSANAAN

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola kpd akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan kpd masih dilemma bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama beberapa masalah belum terjawab. Kasus kpd yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis.

Kasus kpd yang kurang bulan kalau menempuh cara- cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Jika umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibangdingkan dengan sepsis. Oleh karena itu, pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati- hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada kehamilan cukup bula, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten. Kebanyakan penulis sepakat mengambil dua factor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda- tanda infeksi pada ibu.


 

1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan Aterm ( >37 minggu)

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = LP= 'lag'periode. Makin muda umur kehamilan semakin memanjang LPnya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70- 80% kehamilan cukup bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda- tanda persalina maka dilakukan induksi persalinan dan bila gagal dilakukan bedah sesar.

Pemberian antibiotic profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotic tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting daripada pengobatannya, sehinggapemberian antibiotic profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotic hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakkkan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsusng lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif ( induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6- 8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetric karena pasrtus dapat dikurangi.

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengwasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kiang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya ( His terlalu kuat atau proses persalinan akan menjadi semakin panjang ( His kurang kuat). Induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop score. Jika > 5 induksi dapat dilakukan sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhirin persalinan dengan seksio sesaria.


 

2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan Preterm ( <37 minggu)

Pada kasus- kasus KPD dengan umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tanda- tanda infeksi. Pengelolaannya bersifat konservatif disertai pemberian antibiotic yang adekuat sebagai profilaksis. penderita perlu dirawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi tredelenburg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu., obat- obatan uteronelaksen atau tokolitik agen diberikan juga bertujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selam menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda- tanda infeksi maka dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan.

Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi yang kadang- kadang tidak ringan. Komplikasi- komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, rupture uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksitasi.

Kegagalan dalam induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata- mata karena infeksi intrauteri tetapi seyogyanya ada indikasi obstetric yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dan lain- lain.

Selain komplikasi- komplikasi yang dapt terjadi akibat tindakakn aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauteri.

Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leukosit darah tepi tiap hari, pemeriksaan tanda- tanda vital terutama temperature setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotic mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya setiap 6 jam.

Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPd telah dilaporkan secara pasti depat menurunkan kejadian RDS. The National Institute of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30- 32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sediaan terdiri atas betamethason 2 dosis masing- masing 12 mg IM tiap 24 jam atau deksamethason 4 dosis masing- masing 6 mg tiap 12 jam.


 


 

dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu G

PENGUMPULAN DATA DASAR.

A. SUBYEKTIF

1. Identitas

 

IBU 

Suami 

Nama istri     :

Ny. A. R.

H. S.  

Umur         :

24 tahun

27 Tahun

Agama        :

Islam

Islam  

Suku         :  

Jawa

Jawa  

Pendidikan     :  

SMA

SMA  

Pekerjaan     :  

IRT

POLRI 

Alamat     :

Jln. Bumi Manti No. 40 Metro

Jln. Bumi Manti No. 40 Metro


 

HPHT : 4 September 2007


 

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan dirinya hamil anak ke-2, tidak pernah keguguran, usia kehamilan 9 bulan, mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur darah dan air sejak pukul 13.00

3. Tanda-tanda persalinan

Ibu datang pukul 20.00 WIB, his jarang, mengeluarkan lendir agak

kecoklatan, air ketuban sudah tidak ada.

4. Masalah-masalah khusus

Tidak mengalami kelainan yaitu air ketuban pecah sebelum waktunya yang akan beresiko terhadap infeksi.

5. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat haid
Menarche     : 13 tahun
Siklus        : 28 hari
Lamanya     : 5-7 hari
Keluhan     : tidak ada
Jumlah        : 2-3 kali ganti pembalut

HPHT         : 15 Oktober 2010

TP         : 22 Mei 2011

6. Pemeriksaan kehamilan

a. Trimester I

ANC     : 2 x di bidan

Keluhan    : tidak ada

Anjuran    : banyak istirahat

Terapi     : berikan ibu vitamin C

b. Trimester II

ANC     : 2 x di puskesmas

Keluhan     : ibu sering mengalami nyeri perut

Anjuran     : ANC secara teratur

Terapi     : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari

c. Trimester III

ANC    : 2 x di bidan

Keluhan    : ibu sering BAK

Anjuran     : ANC secara teratu

Terapi     : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari

7. Riwayat Hamil, Bersalin Dan Nifas Yang Lalu

Hamil ke 

Tahun lahir  

Lama dan jenis  

persalinan  

Penyulit  

komplikasi  

Penolong
dan
tempat

BB/PB  

Keadaan  

anak  

I  

2000  

12 jam spontan  

pervaginam  

Tidak ada  

Bidan  

BPS  

3000 gr/  

52 cm  

Sehat  


 


 

8. Riwayat immunisasi

a. TT I

: usia kehamilan 4 bulan di bidan A
b. TT II : usia kehamilan 5 bulan di bidan A

9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

Ibu merasa gerakan janin sangat kuat


10. Pola kebiasaan sehari-sehari

a. Nutrisi

  1. Sebelum hamil : ibu makan 3x sehari dengan porsi 1 piring nasi, 1 potong lauk, 1 mangkuk sayur, serta minum 7-8 gelas / hari.

  1. Sesudah hamil : ibu mengatakan pada awal kehamilan, ibu kurang nafsu makan, karena sering merasa mual pada pagi hari

b. Eliminasi

  1. Sebelum hamil     : BAB : 1-2 X sehari

    BAK : 2-6 X sehari

  2. Sesudah hamil     : BAB : 1X sehari

        BAK : 8-9 X sehari

c. Istirahat dan tidur

  1. Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam /hari, tidur siang 2 jam
  2. Sesudah hamil : ibu mengatakan kurang bisa tidur, karena pegal pada pinggang, nyeri menjalar ke perut bagian bawah, dan sering BAK

11. Psikologis

Ibu tampak gelisah dan cemas mengahadapi persalinan.


 

B. DATA OBYEKTIF

1. Keadaan umum     : baik

Kesadaran         : composmentis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD            : 110/70 mmHg

Suhu         : 36o C

Nadi        : 82 X/menit

RR             : 22 X/menit


3. Berat dan Tinggi Badan Ibu

Sebelum hamil     : 48 kg

Setelah hamil     : 59 kg

Kenaikan        : 11 kg

Tinggi badan ibu     :157 cm


 

4. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

a. Rambut : warna hitam, bersih, tidak rontok.

b. Mata : kanan kiri simetris, ikterik, fungsi penglihatan baik, konjungtiva agak pucat

c. Muka : bentuk simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.

d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada pembesaran polip, fungsi penciuman norma, simetris, tidak ada polip.

e. Mulut dan gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun samotis, keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup, tidak ada caries.

f. Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih,fungsi pendengaran baik.

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembersaran vena jugularis.

h. Dada : bentuk dada simetris kanan kiri, pergerakan nafas teratur.

i. Payudara : membesar simetris kanan kiri, putting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada bekas luka operasi.

j. Perut : bentuk simetris, pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, letak memanjang, tidak ada bekas luka operasi.

k. Punggung : keadaan lordisis, Michaelis simetris.

l. Genetalia : tidak ada haemaroid.

m. Ekstremitas :

a. atas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema.

b. bawah : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedema.

5. Palapasi

a. Leopaold I :

TFU : 29 cm

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gr

b. Leopaold II : Bagian kiri teraba bulat, lebar dan keras yang brarti punggung dan kanan teraba bagian-bagian kecil anak.

c. Leopaold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting yang berarti kepala.

d. Leopaold VI : bagian bawah janin sudah masuk PAP / konvergen. Konvergen 4/5

6. Auskultasi

DJJ terdengar jelas di bawah pusat sebelah kiri dengan frekwensi 134x/menit teratur.

7. Perkusi

Reflek platena (+) ada

8. Pemeriksaan dalam jam 22.00 WIB

a. Vulva / vagina : Slym ada

b. Dinding vagina :teraba rugae, tidak ada benjolan

c. Promontorium : tidak teraba

d. Partio : tipis, pembukaan 3 cm

e. Ketuban : tidak ada/segatif

f. Presentasi : kepala

g. Penurunan : Hodge I, 4/5

h. HIS : ada 2x setiap 10 menit

i. Lama : 20 detik Kekuatan < 20-40 detik


 

II. ASSESMENT

  1. Ibu G3P2A0 hamil 36 minggu, T/H , presentasi kepala ,puki, inpartu kala I (fase laten) dengan KPD. Sejak pukul 13.00 ketuban (-). Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.
  2. Cemas menghadapi persalinan.
  3. Dukungan psikologis
  4. KIEcara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
  5. KIE cara mengedan/meneran efektif
  6. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, mineral, vitamin cukup sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, ikan, buah- buahan, apalagi ia mampu membeli susu dan mencobanya walau tidak suka minum susu.
  7. Menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari (8- 12 gelas) setiap hari untuk mencegah dehidrasi.

4. PLANING

  1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi saat ini. Keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan.
  2. Observasi kala I dengan partograf. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga lengkap atau 10 cm.
  3. Anjurkan ibu untuk miring.
  4. Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu untuk berganti posisi, ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
  5. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis ibu serta kesiapan bidan/penolong.
    1. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang di perlukan dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Siapkan ruang persalinan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
    2. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak.
    3. Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.

6. Riwayat psikologis : ibu mengatakan saat ini bahagia dengan kelahiran bayinya, karena sudah lama menantikannya dan jenis kelamin bayi sesuai dengan keinginannya.

7. Anjurkan teknik relaksasi

Anjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas, berendam, mendengarkan musik.

8. Ajarkan ibu cara mengedan yang baik.

  1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
    selama kontraksi.
  2. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
  3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
  4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
  5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran .
  6. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.

8. Beri ibu dukungan psikologis

Bahwa ibu melewati persalinan ini dengan lancar. Berikan ibu support,
dan dampingi ibu dalam persalinan

9. Siapkan oksigen

Persiapkan oksigen untuk mencegah terjadinya asfeksia pada bayi baru lahir.

10. Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes / menit. Pasang infuse menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Infuskan1 liter dalam 15 sampai 20 menit. Jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan ke 125 cc/ jam.

11. Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter.

Berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Nugroho, Taufan.2010.Obstetri. Jakarta:Nuha Medica

Sujiyatini. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Medika

http://www.scribd.com/doc

Tidak ada komentar:

sponsor

sponsor